Kamis, 11 Juni 2009

Produksi Pemberitaan

1. Apa fungsi dan job description bagian produksi pemberitaan?
▪ Produser: penanggung jawab atau pemegang suatu pengasuh program. Ia bagaikan tangan kanan dan tangan kiri bersama Director untuk menjadikan suatu produksi yang baik.
▪ Field Producer: Bertanggung jawab menjadikan suatu peristiwa itu layak atau tidak diberitakan.
▪ Redaktur Pelaksana: Orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan suatu berita.
▪ Reporter: Seorang wartawan aktif yang bertugas mengumpulkan berita-berita dari berbagai sumber, menyusun masing-masing laporan, terkadang menulisnya dan kemudian melaporkannya melalui stasiun televisi yang bersangkutan.
▪ Presenter berita: Orang yang membawakan atau mengantarkan acara berita di televisi dan radio. Secara internasional, dikenal dengan tiga kategori serta perbedaan peran antara ketiganya, yakni:
- Pembaca berita (newsreader) adalah pembawa acara yang berperan membacakan berita. Dalam dunia modern, teknologi memungkinkan para jurnalis melakukan siaran langsung dari lokasi kejadian, sehingga mengurangi peran utama sang pembaca berita.
- Penyiar berita (newscaster) adalah orang yang menyiarkan program berita dan ia juga bekerja sebagai jurnalis dan ikut dalam peliputan berita atau produksi berita, yakni aktif ikut serta dalam membuat naskah berita yang akan dibacakannya. Istilah ini diperkenalkan di tahun 1980an untuk membedakan jurnalis aktif dari pembaca berita, jenis presnter berita sebelumnya.
- Jangkar berita (anchor) adalah jurnalis televisi atau radio yang membawakan materi berita dan sering terlibat memberikan improvisasi komentar dalam siaran langsung dan juga sebagai pemenggang kendali. Istilah ini utamanya dipakai di Amerika Serikat dan Kanada. Banyak news anchor terlibat dalam penulisan dan atau penyuntingan berita bagi program mereka sendiri. Mereka juga bertugas mewawancara narasumber di studio atau memandu program diskusi, dan juga menjadi komentator dalam berbagai program berita. Istilah anchor (juga anchorperson, anchorman, atau anchorwoman) diperkenalkan oleh produser CBS News Don Hewitt. CBS pertama kali memakainya pada 7 Juli 1952 untuk menjelaskan peran penyiar Walter Cronkite pada saat Konvensi Nasional Partai Demokrat dan Partai Republik. Anchor juga menjadi figur media dan sering dianggap sebagai selebriti. Stasiun televisi biasanya membutuhkan figur media ini untuk mempromosikan produk siaran seperti program (berita pagi, majalah berita televisi) dan juga promosi program lain di samping iklan. Kritikus memandang anchor menjadi titik lemah pemberitaan, karena terkadang mengurangi kredibilitas organisasi berita itu sendiri. Jadi menggerus standar jurnalistik melalui peran bisnis mereka.
▪ Kameramen: Orang yang mengabadikan peristiwa, biasanya mencatat daftar gambar (shot list) terhadap shot gambar yang sudah direkam untuk memudahkan penyuntingan berita.
▪ Audiomen: Bertugas mengatur penyuaraan dalam proses siaran.
▪ Editor: Orang yang bertanggung jawab pada semua bagian di bidang pemberitaan, memutuskan kebijakan umum yang berkaitan dengan editorial dan memproyekskan dalam jangka panjang. Editor juga bertanggung jawab terhadap tampilan acara berita, seprti penampilan background penyiar berita, pemilihan penyiar berita, dan lain-lain.
▪ Lightingman: Orang yang mengatur bagian lampu (pencahayaan), sehingga siaran yang tampil dapat terlihat lebih baik.
▪ Script Writer: Penulis naskah berita.
▪ Production Director: Orang yang bertanggung jawab dan mengatur dalam produksi siaran.
▪ Pemimpin Redaksi: Orang yang menentukan seorang reporter dalam meliput suatu berita.
▪ Wakil Pemimpin Redaksi: Orang kedua yang bertanggung jawab setelah pimpinan redaksi atau dapat dikatakan sebagai pengganti pimred sementara.
▪ Unit Manajer: Bertanggung jawab terhadap kru.
▪ Floor Director: Orang yang bertugas mengatur di lapangan (tangan kanan director)
▪ Koordinator Liputan: Orang yang bertanggung jawab menentukan dan mengawasi kinerja reporter.
▪ Grafis: Orang yang bertugas dalam pembuatan grafis atau penayangan dalam suatu produksi siaran berita.
▪ Dubber: Pengisi suara yang mengabarkan peristiwa saat berita yang secara visual disiarkan.
▪ Perlengkapan: Orang yang mengatur segala perlengkapan mulai dari proses siaran berita hingga selesai.
▪ Wardrobe: sering disebut juga penata asesoris. Tugasnya juga tidak berbeda jauh dengan tata rias, yaitu menampilakan karakter penyiar di layar kaca.
▪ Tata rias: bertugas megurusi tata rias para penyiar berita. Di sinilah tugas menampilkan karakter penyiar.
▪ Office Boy: Karyawan yang bekerja menyiapkan kebutuhan logistik para kru pemberitaan..
▪ Pengarah Acara: Orang yang bertugas mengarahkan acara dan mengarahkan Switcher, bertanggung jawab setelah semua materi siap, dan menyusun rundown masing-masing berita.
▪ Teknisi: Orang-orang yang bertanggung jawab dalam masalah-masalah yang timbul dalam proses pemberitaan itu sendiri.

2. Yang saya dapatkan dari buku Jurnalistik Baru bab.1 adalah:

Sikap Dasar Wartawan
Mengenai sikap dasar wartawan, adalah sikap yang mendasari dan memotivasi wartawan dalam bekerja. Tanpa sikap dan motivasi yang memadai, wartawan tidak akan mencapai tujuannya. Sikap dasar terkait erat dengan pekerjaan dan fungsi wartawan sebagai penyebar informasi kepada khalayak.
Karena itu wartawan harus memiliki sikap dasar wartawan terlebih dahulu, yaitu:
• Rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi kepada informasi yang selalu mendorong untuk menggali informasi yang ingin diberitakan
• Menggali informasi yang seluas-luasnya mengenai kasus yang akan diberitakan dengan cara membiasakan diri mengikuti berita di berbagai media massa.
• Tidak hanya mengandalkan satu sumber berita, karen akan menyebabkan suatu berita menjadi tidak berimbang
• Menggali informasi secara komprehensi dengan menanyai berbagai pihak, sehingga tercipta informasi yang objektif dan mendekati kebenaran.
Liputan komprehensi itu memerlukan kesabaran, konsistensi, dan kesopanan. Kesabaran agar tidak mudah mengeluh, konsistensi agar kerja keras terus-menerus dan kesopanan menjaga diri agar tidak membuat sumber berita tersinggung
• Mengerjakan hal yang biasa dengan cara yang luar biasa.
Sejalan dengan asumsi tersebut, Thedore M. Barnstein dari New York Times berkata: “Wartawan yang besar akan kelihatan dari kecakapanya, perasaan tanggung jawabnya serta semangatnya yang tak pernah menyerah untuk mengemukakan kebenaran”. Pekerjaan jurnalistik adalah mencari kebenaran.
Jadi, dalam meliput seorang wartawan tidak semata-mata bekerja untuk dirinya, melainkan untuk tujuan yang lebih besar, katakanlah untuk membangun peradaban manusia yang lebih baik di masa depan. Dan inilah sikap dasar wartawan yang hendak kita tuju.

Waratawan Era Reformasi
Era reformasi saat ini telah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menampakkan eksistensinya di bidang kehidupan, seperti agama, politik, dan bisnis. Hal ini juga menciptakan banyak perusahaan media massa yang membutuhkan banyak wartawan, sehingga menjadikan uang sebagai tujuan utama pada masa sekarang ini dan menimbulkan pertanyaan tentang profil wartawan Indonesia yang ideal.
Seharusnya wartawan itu harus netral, mandiri, objektif dan hanya berpegang kepada kebenaran. Sulit di masa sekarang, dimana semua bisnis media massa saat ini kebanyakan memihak kepada golongan tertentu karena modal yang ditanamkannya. Karena itu, menjadi wartawan ideal atau wartawan yang mengutamakan uang bisa ditentukan dari motivasinya, apakah semata hanya mencari uang ataukah menyiarkan hal-hal yang dia yakini benar atau meluruskan informasi yang menyimpang dari keadaan yang sesungguhnya dengan cara penyajian yang benar dan komprehensif.
Dengan demikian, jurnalistik bisa dibedakan menjadi jurnalistik baru yang bersifat multilinier/banyak arah atau jurnalistik lama yang bersifat satu arah atau linier. Dan kebanyak khalayak saat ini tertarik kepada jurnalistik baru, karena lebih komprehensif dan penuh dengan perspektif, seperti perspektif sosiologis, histories dan sebagainya. Namun untuk melakukan [enyajian informasi yang komprehensif harus ditunjang oleh dokumentasi atau perpustakaan yang memadai.
Karena itu, dapat disimpulkan bahwa wartawan pada era reformasi ini idealnya bekerja tanpa lelah mencari informasi di lapangan dan melengkapinya dengan bahan bacaan yang tersedia sehingga informasi yang disiarkan bersifat komprehensif, dan informasinya berupa fkata tanpa dipengaruhi oleh dorongan dari luar baik uang, afiliasi agama, politik dan bisnis.

Kebebasan dan Profesionalisme Pers
Konsep kebebasan pers muncul sebagai reaksi terhadap pers otoriter yang bekembang sebelumnya.karena pers otoriter dianggap tidak demokratis dan tidak relavan dengan gagagsan kebebasan individu. Kalau dalam pers otoriter pers dianggap sebagai pelayan negara, maka pers bebas diperlakukan sebagai mitra dalam mencari kebenaran. Kemudian dalam pers otoriter itu pers dikuasai penguasa, sedangkan sistem pers bebas, pers dikuasai oleh pengusaha.
Tapi dalam perkembangannya pers itu menimbulkan kekhawatiran yang lalu mendorong lahirnya suatu gagasan dan teori pers tanggung jawab sosial. Teori pers tanggung jawab sosial berpendapat bahwa orang yang menguasai media massa harus bertanggung jawab kepada masyarakat. Dan ini dijalankan di Indoneisa sejak pemerintahan Orde Baru, yaitu pers tanggung jawab sosial adalah pers yang menjalankan fungsi sebagai penyebar informasi yang objektif, menyalurkan aspirasi rakyat dan meluaskan komunikasi dan partisipasi masyarakat. Tetapi dalam penegakkan kebebasan pers tidak mudah. Di Indonesia sendiri selalu mengahadapi masalah dan tantangan
Oleh karena itu, untuk menghadapi tekanan dan ancaman itu, pers harus berpegang pada profesionalisme dan idealisme. Profesionalisme agar pers dapat meliput suatu peristiwa secara akurat, tepat dan berimbang. Dan idealisme dimaksudkan agar pers selalu berorientasi pada nilai-nilai yang menunjang kebersamaan, seperti kejujuran, kebenaran, keadilan dan demokrasi.

Tidak ada komentar: